logo

Pengalaman Sukses Elin Shinta Memiliki Anak Kembar Tiga Melalui Program Bayi Tabung Bersama dr. Indra Nurzam Chalik Anwar, Sp.OG

Melihat perkembangan putri kembar tiga kami, seperti tak pernah habis rasa syukur saya dan suami atas kehadiran mereka di tahun kesebelas pernikahan. Marien, Diandra dan Gaby (MDG)adalah anugrah terindah yang kami miliki.

Pengalaman Sukses Elin Shinta Memiliki Anak Kembar Tiga Melalui Program Bayi Tabung Bersama dr. Indra Nurzam Chalik Anwar, Sp.OG

Sakit rasanya ketika silih berganti orang-orang yang kami temui selalu selalu mengajukan pertanyaan yang sama “udah hamil belum ?” atau “kenapa belum isi-isi juga?” seolah memiliki buah hati sepenuhnya adalah kehendak saya sebagai manusia. Ada masanya, saya memilih untuk menghindari pertemuan dengan keluarga besar. Pulang kampung menjadi sebuah momok yang menakutkan untuk saya kala itu. Belum lagi, budaya patriarkhi seolah selalu menempatkan perempuan menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas ketidakhadiran buah hati dalam sebuah pernikahan.

Banyak saran yang kami dapat dari teman-teman dan keluarga mengenai pengobatan alternative untuk mendapatkan buah hati.  Selain tidak murah, banyak diantara pilihan pengobatan itu yang tidak masuk akal. Sedangkan saya dan suami orang yang sangat realistis. Jadilah, hanya pengobatan  yang masuk akal yang kami jalani. Seperti akupuntur yang merupakan pengobatan budaya Tiongkok yang berusia ratusan tahun, atau pijat – pengobatan lainnya yang berasal dari budaya nusantara. Tapi keduanya tidak lama kami jalani, karena hasilnya tidak instan.kami belum beruntung. Saya tidak pernah hamil.

Waktu itu, usia saya sudah mencapai 32 tahun dan baru saja menyelesaikan program paska sarjana. Keinginan untuk memiliki anak semakin kuat, Setelah dibantu proses Inseminasi sebanyak tiga kali oleh dokter kandungan dan gagal, akhirnya dokter tersebut merekomendasikan kami untuk menempuh progam bayi tabung dengan dr. Indra Nurzam Chalik Anwar, Sp.OG.Seorang teman  ikut meyakinkan, sebelumnya dia sudah berhasil mengandung dan melahirkan melalui proses bayi tabung dibawah supervisi dr. Indra Nurzam Chalik Anwar, Sp.OG di Morula IVF di Bunda Internasional Clinic di bilangan Menteng Jakarta Pusat.

Morula IVF dekat dengan kantor saya dibilangan Thamrin. Jarak ini penting. Karena menempuh proses pengobatan tidak mungkin hanya satu kali datang. Jangan sampai, transportasi dan macet menjadi kendala utama yang mematahkan semangat berikhtiar. Morula IVF juga memiliki staff yang friendly yang bersedia menjelaskan apa dan bagaimana proses bayi tabung itu sendiri dan memberikan perincian biayanya. Bayi tabung untuk masyarakat awam masih abu-abu, belum lagi biayanya yang mahal dengan factor resiko gagal yang tinggi. Peran dr. Indra yang well educated, sabar dan tidak menakut-nakuti membuat tekad saya dan suami bulat. Bismillah, Kami berada ditangan yang tepat..

Dokter Indra bersedia menerima hasil pemeriksaan kami dengan Prof kandungan sebelumnya. Dan disimpulkan karena sudah tiga kali menjalani prosedur inseminasi dan masalahnya pada sperma maka dianjurkan untuk mengikuti prosedur bayi tabung. Pertama-tama, saya diminta datang pada hari kedua haid dan dilakukan USG untuk melihat berapa banyak sel telur yang ada pada saat itu. beliau memberi saya terapi nasal speri (semprotan hidung) yang bertujuan untuk menekan hormon yang mrangsang indung telur dari otak dan kemudian setelah terjadi penekanan hormone dari otak lalu diberikan  suntikan hormon sebanyak 10 x untuk merangsang pertumbuhan indung telur di indung telur dengan dosis dan jadwal penyuntikan yang disiplin. Saya tidak sanggup melakukannya sendiri. Suami saya membantu menyuntikan hormon tersebut didaerah perut. Suami saya yang tidak berlatar medis, sebelumnya diajari perawat Morula IVF tentang bagaimana menyuntik yang baik, misalnya tidak boleh ada gelembung dsb. Proses bayi tabung ini, merupakan proses dimana cinta kami di uji. Kami harus saling mendukung dan peduli satu sama lain. Berbanding terbalik dengan saya yang harus menjalani proses stimulasi yang ribet, suami hanya diminta mengeluarkan spermanya untuk dianalisa.

Proses selanjutya dilakukan Ovum Pickup(OPU) setelah telurnya matang. yang mengharuskan saya dibius umum. Setelah proses OPU selesai, yang saya rasakan adalah lapar, efek bius sudah tidak terasa namun saat saya berdiri untuk pertama kalinya, saya merasa mulas seperti menjelang haid yang nyeri. Meskipun demikian, Saya tidak perlu dirawat. Hasil observasi paska OPU menjelaskan bahwa saya memiliki 11 telur namun hanya 10 yang bagus. Kami memutuskan untuk melakukan pembuahan dengan cara ICSI (Intra Cytoplamic Sperm Injection) dan diperoleh 10 embrio kemudian kami memutuskan untuk melakukan transfer 3 embrio dengan kualitas excellent. Sedangkan kelebihan embrio disimpan beku. Jaman itu, menurut dr. Indra prosedur ini masih dipakai. Tapi saat ini, untuk menghindari resiko bayi kembar, hanya ditransfer satu embrio ke dalam rahim. Untuk menjalani ET (Embrio transfer) dr Indra hanya berpesan untuk saya banyak minum air putih agar kandung kemih membesar dan memudahkan untuk dilakukan proses ultrasonografi(USG). Dalam menjalani proses bayi tabung ini, saya dan suami betul-betul all out.Tubuh, psikis, keuangan semuanya total untuk menggapai mimpi memiliki anak. Jadi apapun yang dokter bilang, kami lakukan dengan sepenuh hati.

Setelah ET, saya hanya beristirahat dirumah selama dua hari. Selanjutnya saya tetap beraktifitas seperti biasa. Saya ingat, waktu itu saya bertanya ke dr. Indra “Apakah saya boleh mewarnai rambut ?” dr. Indra bilang, “sekarang masih boleh. Nanti kalau sudah hamil tidak boleh lagi”.

Setelah itu, kami menunngu dua minggu. Waktu penentuan yang mendebarkan. Dr. Indra mengatakan agar kami menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT, karena usaha kita sudah maksimal. Saat itu, saya dan suami berdoa memohon mukjizah NYA yang maha segala sambil men- sugesti diri bahwa tidak ada hasil yang menghianati usaha.

Waktu itu hari Jumat, setelah 8 tahun tak pernah lagi berurusan dengan alat tes kehamilan (waktu dua tahun pertama setelah menikah masih rajin tes. Tapi karena tak kunjung dua garis, saya jadi bosen sendiri), saya melakukan tes mandiri dengan media urin dan hasilnya POSITIF ! Alhamdullilah ya Allah, kami bahagia. Akhirnya saya dan suami mengunjungi dr Indra lagi, karena menurut Standar Oprasional, untuk semua pasien yang menjalani proses bayi tabung harus dicek urine dan darahnya untuk memastikan apakah hamil/ tidak. Saat konsultasi itu juga saya bertanya ke dr Indra mengenai beberapa artikel yang saya baca di internet yang mengatakan bahwa janin hasil proses bayi tabung banyak yang tidak berkembang pada 5 bulan kehamilan karena tidak mendapat nutrisi atau jantung janin berhenti. Karena pertimbangan ini, saya dan suami memutuskan untuk tetap menyimpan 7 sisa embrio kami dengan biaya penyimpanan. disini, saya bersukur berada dibawah supervisi dr. Indra yang santai, realistik tapi tidak membuat down “Kita serahkan semua pada Allah ya, Bu. Pada pemeriksaan selanjutnya, tiga minggu dari sekarang, bisa jadi janinnya berkembang atau hilang begitu saja. Tanpa rasa sakit".

Tiga minggu kemudian kami datang, dr. Indra melakukan USG. Diketahui bahwa janin saya ketiganya tumbuh sehat walau kecil. Pada kunjungan berikutnya hasil USG menyatakan janin kami tumbuh dengan baik. Pada usia kelima bulan kehamilan, kami memutuskan untuk tidak lagi meneruskan penyimpanan 7 embrio sisa yang kami miliki. Sambil terus berusaha berpikir positif.

Karena faktor jarak, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk melakukan ANC (pemeriksaan kandungan) sampai melahirkan dengan dokter kandungan yang lain. MDG lahir dengan sehat tanpa ada kekurangan apapun pada 15 Mei 2008 dengan berat masing-masing 2,2 kg, 2,2 kg dan 2,1 kg. total ketiganya 6,5 kg. Cobaan terhebat yang harus saya jalani semasa hamil MDG adalah saya harus duduk dikursi roda mulai memasuki trimester kedua. Saya tidak memiliki pantangan makan khusus, tapi saya back to nature. Banyak makan buah dan sayur, tempe tahu. Saya banyak berpikir positif dan tahu Batasan tubuh – kapan harus berhenti, kapan harus beristirahat. Tidak boleh nemaksa. Karena yang tahu kondiis tubuh kita ya diri kita sendiri.

Semoga kisah ini bermanfaat untuk para pejuang buah hati. Pastikan anda memilih dokter dan klinik fertilitas terbaik yang mengerti kebutuhan Anda.

Tags

Dokter adalah Hobi, Pengabdian adalah Cita-cita...