Sejak awal kami menikah, 20 November 2010 kami mendambakan hadirnya buah hati. Setelah setahun berlalu dan saya belum hamil, kami mulai mengunjungi Dokter Spesialis Obstetrik dan Ginekologi (Obsgyn) Untuk mencari penyebabnya. Kami mengunjunginya disebuah rumahsakit besar tidak jauh dari kediaman kami. Beliau membantu kami untuk hamil alami. Namun belum berhasil.
Lalu, kami mencoba untuk inseminasi yang juga tidak berhasil. Kedua kegagalan itu, membuat kami mengalihkan ikhtiar memiliki anak dengan jalan alternative. Saya pernah pijat urut di Bogor dan Kelapa gading, yang mana dipercayai dapat membantu kesuburan. Saya juga pernah mencoba terapi akupuntur, hingga minum obat sinse yang luar biasa pahit yang katanya ampuh untuk menyuburkan kandungan. Sampai akhirnya kami capek sendiri dan menghentikan semua upaya itu.
Sampai pada suatu hari, seorang teman bercerita bahwa dia berhasil hamil dengan program bayi tabung dibantu seorang dokter Obsgyn dari Rumahsakit di bilangan Pluit. Hasil pemeriksaan kami disana, dokter menyatakan bahwa Kondisi rahim saya baik-baik saja. Haid saya tidak permah ada masalah, memang. Namun, dokter menemukan adanya kelainan sperma pada suami. Setelah di evaluasi, kami mencoba bayi tabung disana. Dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, kami memulai program itu. Namun, keberuntungan belum juga berpihak pada kami. Mental kami bertul-betul jatuh waktu itu. “Tuhan, Apa kami tidak layak menjadi orangtua ?” Kami memutuskan untuk beristirahat.
Setelah mengumpulkan niat dan meneguhkan hati, Oleh seorang teman, kami direkomendasikan keseorang dokter Obsgyn. Dokter inilah yang kemudian menyarakan saya untuk datang berobat menemui dr. Indra Nurzam Chalik Anwar, Sp. OG disebuah klinik di bilangan Kemang Jakarta selatan. Beliau menyarankan untuk mencoba bayi tabung lagi. Terkendala biaya, kami mencoba program bayi tabung konvensional disebuah Rumahsakit di bilangan Magelang Jawa Tengah. Karena konvensional, maka biaya yang dikeluarkan tidak banyak. Kami sempat mendapat dua telur namun saat dipertemukan dengan sperma, hasilnya tidak berkembang. Mengobati kekecewaan, saya mengalihkan perhatian dengan mengikuti olah raga lari yang waktu itu sedang trend.
Waktu itu saya ingat sekitar bulan Oktober 2016, saya terlambat haid sekitar 2 minggu. Seorang teman baik membelikan tespack untuk saya. Saya yang trauma dengan tes kehamilan dengan segala upayanya, malas untuk chek. Tak disangka dan tak diduga, hasilnya dua garis merah. saya hamil. Hamil alami. untuk memastikan, kami mengunjungi seorang dokiter Obsgyn langganan keluarga di dekat rumah, hasilnya, janin di kandungan saya sudah berusia 5 minggu. Puji Tuhan ! Beliau memberikan vitamin dan penguat rahim, sambil berpesan untuk kami datang lagi 2 minggu kemudian. Saat dilakukan pemeriksaan berikutnya, diketahui bahwa janin tidak berkembang. Lalu terjadi flek (keluar darah dari vagina). Waktu itu libur Panjang. Dokternya tidak bisa dihubungi. Lalu saya ingat, bahwa saya mempunyai nomor kontak dr. Indra Nurzam Chalik Anwar, Sp.OG. Saya menghubungi dr. Indra melalui pesan singkat, saya ceritakan bahwa saya berhasil hamil alami tapi sedang mengalami flek. Walau saya bukan pasiennya, Beliau tetap bersedia membantu. Beliau menyarankan saya membeli obat penguat rahim di rumah sakit ibu dan anak, karena obat tsb tidak tersedia di Apotek. Setelah minum obat tersebut dengan dosis yang dr. Indra sarankan, flek memang berhenti. Keesokan harinya, saya dan suami mengunjungi praktek dr Indra. Beliau mengatakan bahwa janinnya tidak berkembang. Setelah diberi waktu 1 minggu kemudian, dan janin tetap tidak berkembang, dr. Indra memberi saya obat peluruh janin. Jadi, saya tidak perlu melakukan kuretase. Guna menghindari luka di rahim agar penyembuhannya tidak terlalu lama.
Dibawah pengawasan dr. Indra, saya menjalani program hamil alami sekitar satu tahun. Tapi tidak juga kunjung hamil. Lalu kami disarankan melakukan pengecekan sperma yang ternyata hasilnya lebih menurun dibandingan sebelumnya. Sperma itu harus dimasukan dalam frezzing selama tiga bulan. Hasil diskusi, kami sepakat untuk melakukan program bayi tabung. Setelah melakukan berbagai pengecekan untuk meyingkirkan hal-hal yang mungkin akan menjadi kendala pada proses bayi tabung, di bulan Agustus, kami memulai proses bayi tabung dengan menggunakan sperma yang fresh (bukan yang kami simpan) karena Kualitas sperma suami saya membaik setelah meminum vitamin dari dr Indra, olahraga teratur, memperbaiki asupan gizi, memperbaiki pola tidur dan meminum rebusan buah zuriat selama 3 bulan (buah ini berasal dari Arab yang dipercaya berkhasiat untuk penyuburan). Kami mendapat 5 sel telur yang baik ketika dilakukan pengambilan. Yang dimasukan kedalam rahim ada 2 embrio dengan kualitas good dan moderat. Kami sempat sedih, karena tidak ada satupun yang berkualitas excellent. Tapi dr. Indra terus menyemangati kami. Katanya, “telur yang berkualitas excellent belum tentu bisa berhasil”.
Setelah embrio transfer, sebenarnya dr Indra menyarankan bedrest cukup 2 hari. Tapi saya melakukannya selama 2 minggu. Karena sudah pernah gagal bayi tabung sebelumnya, saya merasa harus lebih berhati-hati. Cinta kami betul-betul diuji saat ini. Kami harus saling mendukung dan berdoa. Saya ingat, dr.Indra bilang, “Saya hanya bisa membantu sampai sini. Usaha kita sudah maksimal. Selanjutnya kita sama-sama berdoa”.
2 minggu kemudian, kami ke BIC lagi untuk melakukan pengecekan darah BHcG. 2 jam lamanya kami menunggu hasil dengan perasaan yang tidak menentu. hingga akhirnya, kami tahu bahwa hasilnya positif hamil. Ditemani suami yang selalu siaga sejak awal, saya control ke dr. Indra untuk melihat posisi janin dan memastikan dengan USG bahwa saya betul-betul hamil. Puji Tuhan! Langkah berikutnya adalah melihat perkembangan janin. Dr. Indra yang bersahabat selalu menenangkan kami.
Bulan berganti, sampai menjelang waktu melahirkan (minggu ke 37-38), saya selalu control ke dr. Indra. Berat badan saya tidak naik secara signifikan. Hanya 10 kg walau begitu, menjelang melahirkan saya tidak bisa jalan karena bayinya sudah dibawah sekali. Maka, 20 Mai 2019 dijadwalkan untuk melahirkan secara Operasi SC dengan dr. Indra di RSIA Bunda Jakarta. Penantian kami berakhir dengan manis setelah 8 tahun dengan hadirnya “Louisa Gwyneth Christabel Chandra” rasanya, Serluruh usaha dan perjuangan kami terbayar.
Dear Para pejuang buah hati, berdasarkan pengalaman kami, sebelum memulai bayi tabung, kami sarankan untuk mempelajari terlebih dahulu apa itu bayi tabung. Banyak-banyaklah membaca dan bertanya. Karena proses ini tidaklah murah dan mudah. Sebagai pasien kita harus paham dengan apa yang menjadi hak dan kewajiban kita. Jangan sampai, nanti kalau gagal marah ke dokternya.
Karena dokter yang hebat dan teknologi yang canggih tidak akan berarti banyak tanpa doa. Karena memiliki anak sepenuhnya hak Tuhan. Untuk mencari dokter, pilih yang responsive dalam memberi jawaban (terutama saat emergensi), cari dokter yang menenangkan, dokter yang saat memberikan konsultasi tidak terburu-buru dan tidak membuat pasien menunggu terlalu lama untuk menemuinya. untuk memilih klinik bayi tabung, tentu cari yang bagus dan berpengalaman – memiliki angka keberhasilan tinggi dalam membantu kehamilan.
Dear Para pejuang buah hati, Kalau memang niatnya ingin punya anak, harus fokus. Jangan gonta ganti dokter, banyak-banyak berdoa, jangan banyak pikiran dan manajemen stresnya harus bagus. Suami istri layaknya satu kesatuan biologis yang tidak bisa dipisahkan dalam usaha memiliki anak dengan program bayi tabung. Semoga berhasil!